Materi NRW 1 : Pengantar NRW

Air adalah berkah dari Allah untuk seluruh umat manusia, air adalah pemberian Allah .. bagaimana dengan PDAM apakah PDAM menjual air ???… PDAM bukan menjual air akan tetapi hanya menjual dari nilai tambah dari air itu sendiri..

Nilai Tambah dimaksud adalah , dimana air Baku saja saat ini PDAM harus membayar retribusi /m3 nya… biaya pegawai, biaya bahan kimia, biaya listrik, penysutan, investasi jaringan pipa dll, semua itu harus ada yang membayar.  Biaya produksi /m3 air yang di produksi akan menjadi tarif rata-rata air ke pelanggan, kalau itu dapat dilakukan maka PDAM sudah FCR.

 

Saat ini banyak PDAM sibuk dengan investasi dengan membangun instalasi dengan alasan bahwa idle kapasitas sudah menipis.. harus bangun baru…

 

 

 

Namun kenyataan masih banyak air yang “Hilang” seperti gambar,  sekarang timbul pertanyaan apakah lebih Ekonomis membangun Instalasi baru atau menurunkan kehilanga air ??

Kalau kita menganggap bahwa menurunkan kehilangan air itu salah satu alternatif  untuk menambah idle kapasitas selain bangun baru, kita dapat nyatakan ” Menurunkan kehilangan air” PENTING.

 

Air yang hilang, walaupun setetes bernilai Rupiah, ilustrasi gbr.  bocor seperti tetes kran air saja bisa mencapai 2700 lt/bln atau 2,7 M3/bln.. jika harga Produksi air Rp. 5000,-/m3   maka potensi kerugian adalah Rp. 13.500,-/bln.

Jadi bisa dibayangkan kalau kapasitas produksi 1.500 lt/dt dengan tingkat kehilangan air 30% atau sekitar  450 lt/dt = 1.166.400 m3/bulan, jika dikali harga produksi Rp. 5000 m3, maka rata-rata kerugian sebesar 5,83 Milyar/bulan.

 

Kenapa istilah DUSTA ini ada dalam meteri NRW ??? ini lah yang menjadi realita saat ini, ada sebagian PDAM menyatakan angka kehilangan air hanya untuk kepentingan prestasi kinerja perusahaan, namun  kenyataanya angka tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan akurasinya.

Jadi angka NRW kembali kepada tujuannya, apakah kita benar-benar real manjikan program NRW ini dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan kinerja perusahaan atau tidak.

Istilah lingkaran Malaikat = Lingkaran Baik,  gambaran sebuah proses hubungan yang saling berdampak positif, dijelaskan bahwa bila NRW diturunkan dapat meningkatkan pendapatan dan atau biaya operasional turun, sehingga dapat melakukan pembiayaan untuk perbaikan  dan selanjutnya bisa investasi dalam hal-hal program lebih lanjut untuk NRW, dst.

 

 

Istilah lingkaran Setan = Lingkaran Buruk,  gambaran sebuah proses hubungan yang saling berdampak negatif, dijelaskan bahwa bila NRW meningkat dapat menurunkan pendapatan dan atau biaya operasional meningkat, sehingga pengeluaran dikhususkan untuk pemenuhan kebutuhan pelanggan dan dampak paling buruk adalah agaran operasional dikurangi khususnya pemeliharaan jaringan.

 

APAKAH PENGERTIAN NYA BERBEDA ATAU SAMA …………  KALAU ITU BERBEDA APAKAH KITA SUDAH KENAL BETUL BEDANYA DIMANA ????… MARI KITA JAWAB  BERSAMA.

Pengertian dari istilah NRW yang menjadi kata kunci nya adalah “Tidak Berekening” sebagai dasar untuk ditagih.  Istilah UFW  yang manjadi kata kunci nya “Tidak Dicatat” untuk dipertanggungjawabkan.

Kehilangan air = keboboran fisk + non fisik

atau jumlah air yang dikonsumsi secara tidak resmi dan tidak direkeningkan

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Kesimpulan :

  1. Kehilangan air = Kebocoran Fisik + Kebocoran Non Fisik (Komersial/administratif)
  2. Kebocoran Fisik = Murni air yang bocor secara nyata
  3. Kebocoran Non Fisik = Kebocoran yang tidak nyata (terlihat) namu dapat dihitung/diprediksi
  4. NRW =  Kehilangan air + Konsumsi Resmi Tidak Berekening

Komponen Kehilangan air secara Fisik dan Non Fisik (Komersial/administratif) :

Jadi dapat disimpulkan bahwa NRW :

  1. Apapun jenis kegiatan pemakaian air baik resmi dan dicatat, namun tidak dibuatkan rekeningnya akan menjadi komponen NRW.
  2. Bilama mana pemakaian air menggunakan meter air dan di catat, namun tidak dibuatkan rekening tetap menjadi komponen NRW.

 

 

Pengaruh kehilangan air fisik lebih besar dampaknya dirasakan oleh pelanggan,  seperti tekanan tidak merata, air keruh, bahkan  menyebabkan air tidak mengalir pada suatu area pelanggan. PDAM yang ingin memberikan Pelayan Prima/zona air minum (ZAM),  sebelumnya wajib menyelesaikan masalah Kebocoran fisik terlebih dahulu.

 

Semakin tinggi tingkat NRW pada sebuah sistem SPAM, semakin kecil  kemampuan memberikan pelayanan sambungan baru. Kalau tetap dipaksanakan melakukan penambahan sambungan baru yang tidak sesuai proyeksi kebutuhan/sambungan, dampaknya kembali kepada Pelanggan  yang akan  berakibat  menurunnya kontiunitas, kuantitas dan kualitas air.

 

 

Tingkat NRW yang tidak dikendalikan atau diturunkan akan menyebabkan potensi pendapatan air yang dipakai pelanggan akan mengalami penurunan secara bertahap, sementara biaya produksi tetap dan biaya pemeliharaan jaringan semakin meningkat. kalau ini tetap terjadi akan berdampak terhadap kinerja perusahaan (khususnya aspek keuangan) yaitu Rasio Operasi (suatu rasio untuk mengukur tingkat efisiensi beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan).

 

NRW tampa program pengendalian dan penurunan,  akan timbul pembicaraan level manajemen bahwa  “Idle Kapasitas”  Instalasi produksi “habis/menurun/kurang” sementara permintaan pelanggan baru banyak,  kita harus membangun Instalasi baru/ uprating dan sebagainya.

Padahal potensi penurunan NRW dapat memberikan penambahan sambungan baru dan menunda investasi instalasi baru.

 

 

 

 

 

TERIMAKASIH

 

2 Replies to “Materi NRW 1 : Pengantar NRW

Leave a Reply